MAKNA KOMUNIKASI PENGGUNA JAMU TRADISIONAL BAGI PEREMPUAN
DOI:
https://doi.org/10.52434/jk.v8i2.1333Abstrak
Abstract
Herbal medicine is a hereditary heritage from ancestors that has a function to maintain good health for health to increase the reproductive period. One of the well-known herbs in Indonesia and is still widely consumed by most of the people, namely the Traditional Herbal Medicine of Madura and Java. This study aims to explain the phenomenon of the consumption of traditional herbal medicine in Surabaya in gender discourse. Researchers used phenomenological methods. The research subjects were 6 people who were obtained through the results of a literature search. Data collection is done by observing and exploring methods, so that researchers can explain in-depth reasons and decisions and views of consumers on traditional herbal medicine consumption. The results of this study indicate that the meaning or activity of consuming traditional herbal medicine is carried out by the perpetrators as an effort to maintain health, cure disease or consciously plan and make a monthly schedule for consuming herbal medicine. Second, reality means that people believe that the world needs existence. By consuming traditional herbal medicine they feel they can catch up and improve the performance and health of their body's organ needs and can follow conversations and directly about the efficacy of jamu that is being consumed by others. Third, in everyday people interact. Traditional herbal medicine consumption determines the activity of a person's interaction with each other. Making some Jamu consumers dominant is making traditional herbal medicine such as jamu madura into a medium or chat that can be discussed, discussed and discussed with each other. Fourth, the experience of a person is the totality of his own experience. Researchers found, after consuming certain traditional herbs, a person can feel the real benefits for himself.
Keywords: Phenomenology, traditional herbal medicine, gender discourse, gender communications, gender discriminative.
Â
Abstrak
Jamu merupakan warisan turun temurun dari leluhur yang memiliki fungsi untuk menjaga kebugaran baik bagi kesehatan hingga meningkatan aktivitas reproduksi. Salah satu Jamu yang terkenal di Indonesia dan masih banyak di konsumsi oleh sebagaian masyarakatnya yakni Jamu Traditional khas Madura dan Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena pengonsumsian jamu traditional di Surabaya dalam wacana gender. Peneliti menggunakan metode fenomenologi. Subjek peneliti sebanyak 6 orang yang diperoleh melalui hasil penelusuran literatur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara mendalam, sehingga peneliti dapat menjelaskan alasan mendalam dan keputusan serta pandangan para konsumen terhadap pengonsumsian Jamu Traditional. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna kegiatan atau aktifitas pengonsumsian Jamu Traditional ini dilakukan secara sadar oleh pelakunya sebagai upaya untuk menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit atau secara sadar merencanakan dan membuat jadwal rutin dalam sebulan untuk pengonsumsian jamu. Kedua, reality maksudnya orang yakin bahwa dunia butuh eksistensi. Dengan mengonsumsi Jamu Traditional mereka merasa dapat menyusul dan meningkatkan kinerja serta kesehatan kebutuhan organ tubuh mereka dan dapat menyusul pengetahuan serta perbincangan secara langsung mengenai khasiat jamu yang sedang dikonsumsi orang lain. Ketiga, dalam keseharian orang-orang berinteraksi. pengonsumsian Jamu Traditonal menentukan kegiatan berinteraksi seseorang antara satu sama lain. Menjadikan beberapa konsumsen Jamu yang mayoritas adalah perempuan membuat Jamu Traditional seperti jamu madura menjadi medium atau bahan obrolan yang dapat didiskusikan, saling menganjurkan dan membicarakan. Keempat, pengalaman dari seseorang merupakan totalitas dari pengalaman dia sendiri. Peneliti menemukan, setelah mengonsumsi jamu traditional tertentu secara rutin seseorang bisa merasakan khasiatnya secara nyata bagi dirinya sendiri.
Kata-kata kunci: Fenomenologi; jamu traditional; wacana gender; komunikasi gender; diskriminasi gender.
Referensi
Daftar Pustaka
Arivia, Gadis. (2006). Feminisme: sebuah kata hati. Penerbit Buku Kompas.
Andriati, Andriati & RM Teguh Wahjudi. (2016). Tingkat penerimaan penggunaan jamu sebagai alternatif penggunaan obat modern pada masyarakat ekonomi rendah-menengah dan atas Masyarakat. Jurnal Kebudayaan dan Politik., hlm. 133-145.Vol. 29 (3).
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian suatu pendeketan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Barlah, Asma. (2007). Cara Qur’an Membebaskan Perempuan. Yogyakarta.
Berek, Dominikus Isak Petrus. (2014). Fashion Sebagai Komunikasi Identitas Sub Budaya (Kajian fenomenologis terhadap Komunitas Street Punk Semarang). Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi 3.1, 56-66.
Bhasin, Kamla. (1996). Menggugat Patriarki, Bentang Budaya. Yogyakarta:
Fuchs, C. (2014). Social media a critical introduction. Los Angeles: SAGE Publication.
Fibiona, Indra, and Siska Nurazizah Lestari. (2015). Rivalitas Jamu Jawa Dan Obat Tradisional Cina1 Abad Xix-Awal Abad XX. Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya, hlm. 483-496, Vol.16.4.
Fakih, Mansour. (2017). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Handayani, et.al. (2015). Inventarisasi Jamu Madura Yang Dimanfaatkan Untuk Pengobatan Atau Perawatan Gangguan Kesehatan Berkaitan Dengan Fungsi Reproduksi Wanita.
Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2(1), 40-54.
Hasan, N., and R. O. B. B. Y. Maulana. (2014). Kesetaraan dan keadilan gender dalam pandangan perempuan Bali: Studi fenomenologis terhadap penulis perempuan Bali. Jurnal Psikologi, hlm. 149-162, Vol. 13.2.
Hakim, Luchman. (2015). Rempah & Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat: Keragaman, Sumber Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan-Kebugaran. Yogyakarta: Diandra Creative.
Hanurawan, Fattah. (2011). Psikologi sosial terapan dan masalah-masalah perilaku sosial. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Kuswarno, Engkus. (2009). Metodologi penelitian komunikasi fenomenologi: Konsepsi, pedoman, dan contoh penelitiannya. Bandung. Widya Padjadjaran.
Mutmainnah. (2018). Pemanfaatan Jamu Madura oleh Perempuan di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 22(2), 121-127
Maftuhah, Maftuhah. (2020). Praktik Penjualan Jamu Madura dalam Perspektif Pemasaran Syariah di Desa Cenlecen Kabupaten Pamekasan. Diss. Institut Agama Islam Negeri Madura.
Mudjijono, M., et al. (2014). Kearifan lokal orang Madura tentang jamu untuk kesehatan ibu dan anak." Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB).
MA, Rifai. (2013). Pemberlanjutan ketersohoran ramuan Jamu Madura (beserta catatan tentang peran yang seyogianya dimainkan oleh Universitas Trunojoyo). Seminar Pengembangan Sumber Daya Hayati Madura sebagai Bahan Obat.
Miftah, Thoha. (2003). Perilaku organisasi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Grafindo Persada.
Nasdian, Fredian Tonny. (2014). Pengembangan masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nasrullah, Rulli. "Media sosial: Perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi." Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2016 (2015): 2017.Ridwan, Muhammad. (2006). Metode & Teknik Penyusunan. Bandung: Alfabeta.
Ratna, Nyoman Kutha. (2007). "Sastra dan Cultural Studies: Representasi." Fiksi dan Fakta.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta." Cet. Vii. Bandung: CV Alfabeta.
Suhartini, Sri. Usman Effendi dan Sukardi. (2000). Perencanaan StrategiSupardi, Sudibyo, Max Joseph Herman, and Yuyun Yuniar. "Penggunaan jamu buatan sendiri di Indonesia (analisis data riset kesehatan dasar tahun 2010)." Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 14.4 (2011): 375-381.
Satriyati, Ekna. (2017). Menjaga tradisi minum jamu Madura dengan penyampaian pesan interpersonal kesehatan antara peramu dan pengguna." DIMENSI-Journal of Sociology 10.2.
.