EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBOTIK PADA PASIEN ISPA NON PNEUMONIA DI DUA PUSKESMAS DI KABUPATEN GARUT

Authors

  • Prayudi Ahmad Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran Dinas Kesehatan Kab.Garut
  • Anas Subarnas Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
  • Siti Saidah Muthmainah Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

DOI:

https://doi.org/10.52434/jfb.v14i1.2011

Keywords:

Antibiotik, ATC/DDD, DU 90%, Evaluasi, ISPA, Indikator Peresepan

Abstract

Prevalensi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non pneumonia terbilang cukup tinggi. Terapi antibiotik seringkali digunakan dalam penanganan ISPA non pneumonia, baik pada tingkat lokal maupun global. Tingginya peresepan antibiotik dalam penanganan ISPA non pneumonia dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan signifikan saat ini. Evaluasi penggunaan antibiotik pada penanganan ISPA non pneumonia di sarana pelayanan kesehatan penting untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan resistensi antibiotik dan peningkatan peresepan antibiotik yang rasional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional non eksperimental retrospektif di dua puskesmas di Kabupaten Garut dengan tujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada kasus ISPA non pneumonia. Evaluasi penggunaan antibiotik yang digunakan adalah indikator peresepan WHO meliputi persentase peresepan antibiotik, persentase obat yang diresepkan sesuai dengan formularium, persentase peresepan obat dengan nama generik, dan rerata jumlah item obat. Metode evaluasi lainnya yang digunakan adalah Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) dengan Drug Utilization (DU) 90%. Analisis komparatif parameter peresepan menggunakan uji statistik Mann Whitney. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Pengambilan sampel menggunakan Teknik total sampling. Sumber data yang digunakan adalah resep pasien rawat jalan periode Juli 2019 sampai dengan Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan peresepan antibiotik pada kasus ISPA non Pneumonia pada Puskesmas Guntur dan Karangsari masing-masing adalah 45% dan 62,5%. Amoksisilin merupakan antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu 86,66 DDD/1000 pasien di Puskesmas Guntur dan 40,58 DDD/1000 pasien di Puskesmas Karangsari. Segmen DU 90% di Puskesmas Guntur adalah amoksisilin sedangkan di Puskesmas Karangsari adalah amoksisilin, sefadroksil dan siprofloksasin. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel jumlah item obat (P value : 0,00), peresepan sesuai formularium (P value : 0,00), peresepan obat generik (P value : 0,00) dan peresepan antibiotik pada kedua Puskesmas (P value : 0,00). Parameter durasi enggunaan antibiotik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan ( P value : 0,717).

Author Biographies

Prayudi Ahmad, Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran Dinas Kesehatan Kab.Garut

Apoteker di Dinas Kesehatan Kab.Garut

Siti Saidah Muthmainah, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit

References

Shapiro DJ, Hicks LA, Pavia AT, et.al. Antibiotic prescribing for adults in ambulatory care in the USA, 2007-09. J Antimicrob Chemother. 2014;69(1):234–40.

Havers FP, Hicks LA, Chung JR. Outpatient antibiotic prescribing for acute respiratory infections during influenza seasons. Jama Netw. 2018;1(2).

Bell BG, Schellevis F, Stobberingh E, et.al. A systematic review and meta-analysis of the effects of antibiotic consumption on antibiotic resistance. BMC Infect Dis. 2014;14(13).

Centers for Disease Control and Prevention. Antibiotic resistance thearts in the united states 2019. 2019. 1–118 p.

Lim JM, Singh SR, Cam DM, Et.al. Impact of national interventions to promote responsible antibiotic use: a systematic review. J Antimicrob Chemother. 2020;75:14–29.

Kemenkes RI. Modul penggunaan obat rasional. 2015.

Akl OA, Mahalli AA El, Elkahky AA, Salem AM. WHO/INRUD drug use indicators at primary healthcare centers in Alexandria, Egypt. J Taibah Univ Med Sci. 2014;9(1):54–64.

Kemenkes RI. Laporan akuntabilitas kinerja 2019. Indonesia; 2019.

World Health Organization. Guidelines for ATC classification and DDD assignment 2020, Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology 2019. whocc.no. 2020.

Ronning M, McTaggart S. Classification systems for drugs and diseases. 2016. 49–57 p.

Bergman U, Popa C, Tomson Y, Wettermark B, Et.al. Drug utilization 90% – a simple method for assessing the quality of drug prescribing. Eur J Clin Pharmacol. 1998;54(2):113–8.

Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar 2018. Indonesia; 2018.

Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Profil kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2017. Indonesia; 2017.

Ingersoll MA. Sex differences shape the response to infectious diseases. PLoS Pathog. 2017;13(12).

Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Jakarta; 2017.

Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ. Principles and practice of infectious diseases. 9th ed. Elsevier; 2015.

Nguyen HT, Wirtz VJ, Ruskamp H, Taxis K. Indicators of quality use of medicines in South-East Asian countries: a systematic review. Trop Med Int Heal. 2012;17(12):1552–66.

Chan A, Abadi H, Syamsul D, Pulungan R. Chan A, Abadi H, Syamsul D, dan Pulungan R. Evaluation of rational drug use in pharmaceuitical services at Deli Serdang District Health Center, North Sumatera, Indonesia. J Innov Pharm Biol Sci. 2016;6(1):37–43.

Ihsan S, Sabarudin S, Leorita M, Et.al. Evaluasi rasionalitas penggunaan obat ditinjau dari indikator peresepan menurut World Health Organization (WHO) di seluruh Puskesmas Kota Kendari Tahun 2016. Medula J Ilm Fak Kedokt Univ Halu. 2017;5(1).

Teng C, FRACGP. Antibiotic prescribing for upper respiratory tract infections in the Asia-Pacific region: A brief review. Malaysian Fam Physician. 2014;9(2):18–25.

Zaas AK, Garner BH, Tsalik E, Et.al. The current epidemiology and clinical decisions surrounding acute respiratory infections. Trends Mol Med. 2014;20(10):578–88.

Andrajati R, Tilaqza A, Sudibyo S. Factors related to rational antibiotic prescriptions in community health centers in Depok City, Indonesia. J Infect Public Health. 2017;10(1):41–8.

Dipiro J, Yee G, Et.al. Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. 10th ed. New York: Mc Graw Hill Medical; 2016.

World Health Organization. Antibiotic resistance. www.who.int. 2022.

Holmes AH, Moore LSP, Sundsfjord A, Et.al. Understanding the mechanisms and drivers of antimicrobial resistance. Lancet. 2016;387(10014):176–87.

World Health Organization. How to investigate drug use in health facilities: selected drug use indicators. apps.who.int. 1993.

World Health Organization. Guidance on the use of international nonproprietary names (INNs) for pharmaceutical substances. World Health Organization; 2017.

Harris AM, Hicks MphlA. Appropriate antibiotic use for acute respiratory tract infection in adults: Advice for high-value care from the American college of physicians and the centers for disease control and prevention. Ann Intern Med. 2016;164:425–34.

Chow AW, Benninger MS, Brook I, Et.al. IDSA clinical practice guideline for acute bacterial rhinosinusitis in children and adults. Clin Infect Dis. 2012;54(8):72–112.

Beauduy CE, Winston LG. Beta-lactam & other cell wall-& membrane-active antibiotics. 14th ed. San Francisco: Lange Medical Book; 2018. 795–814 p.

Soukavong M, Kim J, Park K, Et.al. Signal detection of adverse drug reaction of amoxicillin using the korea adverse event reporting system database. J Korean Med Sci. 2016;31(9):1355–61.

Shulman ST, Bisno AL, Clegg HW, Et.al. Clinical practice geline for the diagnosis and management of group a streptococcal pharyngitis: 2012 update by the infectious diseases society of America. Clin Infect Dis. 2012;55(10):86–102.

Kemenkes RI. Petunjuk teknis evaluasi penggunaan obat di fasilitas kesehatan 2017. Indonesia: Kementerian Kesehatan RI; 2017.

Murshid MA, Mohaidin Z, Zayed M. Development and validation of an instrument designed to measure factors influencing physician prescribing decisions. Pharm Pract. 2019;17(4):1616.

Published

2023-01-31