Pergeseran Etika Jurnalistik dalam Pers Industri
Abstrak
Mendominasi aspek bisnis dan mulai lunturnya idealism pers merupakan karateristik pers industri. Karateristik tersebut membawa pengaruh bagi bergesernya etika jurnalistik baik secara konseptual maupun praktis. Pergeseran tersebut tak lepas dari pengaruh persaingan yang ketat dalam pers industri. Bergesernya selera pemirsa dan norma-norma yang berlaku serta nuansa kehidupan masyarakat yang cenderung materialistik dan kapitalistik. Persaingan pers yang ditselimuti persaingan politik pemilik media juga menjadi factor penyebab persaingan yang tidak sehat dan menyampaikan informasi yang tidak berkualitas. Hak warga negara untuk memperoleh informasi yang berkualitas diabaikan oleh media demi kepentingan komersial dan politik golongan saja. Sehingga warga negara dianggap sebagai rakyat penghuni negara yang dijadikan sebagai konsumen oleh media. Akibatnya media masa yang harusnya membentuk ruang public sebagai spirit demokrasi tidak terpenuhi. Kata Kunci: Pers Industri, Ruang Publik, Media.Referensi
Abrar, Ana Nadhya. (1995). Mengurai Permasalahan Jurnalisme. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
_____________. (1995). Etika Dalam Jurnalisme Indonesia. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Armada, Wina. (2012). Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Jakarta:Dewan Pers.
Dewan Pers. (2012). Jurnal Dewan Pers Dilema Antara Kebebasan Dan Etika: Pers Indonesia 2012 Edisi No.6 Desember 2012. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Dewan Pers. (201)2. Data Pers Nasional 2012 No.6. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Eriyanto. (2008). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 12, No 2, November 2008. Yogyakarta: UGM
Habermas, Jurgen. (2008). Ruang Publik, Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Habermas, Jürgen. (1997). The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. Cambridge Massachusetts: The MIT Press.
Habermas, Jurgen. (2005). Democracy and The Public Sphere. London: Pulto Press.
Hardiman, Fransisco Budi.(1993). Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius.
Kemenkominfo. (2007). Membangun Profesionalisme Pers Dengan Menegakkan hukum Dan Etika Pers. Jakarta: Kominfo.
Luhman, Niklas. (2000). The Reality of the Mass Media, Cambridge UK: Polity Press.
Martha Adiputra, Wisnu. (2006). Menyoal Komunikasi Memberdayakan Masyarakat. Yogyakarta: Fisipol UGM.
McKee, Alan. (2005). The Public Sphere: An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.
McQuail Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba.
Nurudin. (2009). Jurnalisme masa kini, Jakarta: Rajawali Pers PT Grafindi Persada.
Ngurah, I Gusti. (2008). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 12, No 2, November 2008. Yogyakarta: UGM.
Ngurah, I Gusti. (2008). Media, Komunikasi dan Politik Sebuah Kajian Kritis penyunting I Gusti Ngurah Putra. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Parsons, Tacolt. (1975). "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory, New York: The Free Press.
Prajanto, Nunung. (2004). Komunikasi negara dan masyarakat Penyunting Nunung Prajanto, Editor Seri Ngurah, Putra. Dkk. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Siregar, Ashadi. (2003). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 7, No2, November 2003. Yogyakarta: UGM.
Siregar, Efendi. (2010). Demokratisasi Komunikasi dan Media: Jangan Setengah Hati!, Yogyakarta: PR2Media.
Sulhan.Muhammad, Martha.Wisnu Adiputra. (2010). Demokrasi Media Massa Dan Industri. Penyunting Muhammad Sulhan, Wisnu Martha Adiputra. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Tim peneliti PR2Media. (2011). Ironi Eksistensi Regulator Media di Era Demokrasi. Yogyakarta: PR2Media yayasan TIFA.
Wibowo, I. (2010). Negara dan Bandit Demokrasi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Website:
Kompas edisi 30/12/2012.
Kpi.go.id